a. Introduction
Pembelajaran Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) ini dilakukan di kelas IV A SD Negeri 21 Palembang dengan bimbingan dari Ibu Neti selaku guru kelas dan kami, Nila, Rully, dan Saliza membantu jalannya proses pembelajaran. Kali ini siswa diajak bermain membagi permen sebagai kondisi nyata dimana konsep FPB diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah siswa melakukan kegiatan bermakna tersebut, siswa diarahkan untuk memahami konsep FPB dengan menggunakan media batu kerikil sebagai model dari permen. Konjektur yang peneliti miliki adalah siswa mampu menemukan sendiri konsep dari FPB melalui permainan bermakna ini.
b. Goal
Tujuan dari pembelajaran ini adalah peneliti ingin mengetahui pengaruh dari penggunaan permen dan batu kerikil dalam pemahaman konsep FPB.
c. Observation Question
“Apakah penggunaan permen dan batu kerikil dapat membantu siswa memahami konsep FPB?”
d. Data-Description
Berikut ini diberikan iceberg untuk kegiatan kali ini:
Dapat dilihat dari iceberg diatas bahwa siswa melalui beberapa tahap untuk sampai pada konsep formal dari FPB, yaitu:
1. Real Situation, tahap pertama dari iceberg, dimana siswa diberikan sebuah masalah yang sangat umum terjadi di sekitar mereka yaitu membagi dua jenis permen (20 buah permen kopi dan 15 buah permen buah-buahan) kepada beberapa orang teman. Siswa masih mengalami kesulitan saat harus menentukan jumlah permen yang harus dibagi dan kepada berapa orang permen tersebut dibagi agar masing-masing anak mendapatkan jumlah yang sama.
2. Model of real situation merupakan tahap kedua dari proses kali ini. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang siswa. Disini setiap kelompok diberikan beberapa buah batu kerikil sebagai model dari kedua jenis permen. Dengan media yang diberikan, siswa menemukan sendiri konsep faktor dari suatu bilangan, pada kesempatan kali ini faktor dari bilangan 20 dan 15. Siswa membagi bilangan 20 dengan bilangan 1, 2, 3, …, 20 dan membagi bilangan 15 dengan bilangan 1, 2, 3, …, 15. Pada akhir kegiatan ini siswa menuliskan apa yang mereka dapat sesuai dengan format yang kelompok mereka telah diskusikan sebelumnya.
3. Model for formal mathematics untuk kegiatan ini ialah tabel faktor. Walaupun beberapa orang siswa sudah dapat menuliskan faktor dari bilangan 20 dan 15 secara langsung tanpa menggunakan tabel faktor, tabel ini masih sangat dibutuhkan untuk sebagian besar siswa yang belum mengetahui bahwa faktor dari suatu bilangan adalah bilangan-bilangan yang habis untuk membagi bilangan itu.
Setelah siswa memahami konsep faktor, dengan mudah siswa menemukan konsep lanjutan yaitu konsep faktor persekutuan dan faktor persekutuan terbesar (FPB). Sebelum memasuki materi FPB, siswa sudah memahami konsep FPK. Hal ini secara tidak langsung membantu siswa memahami FPB dengan cepat.
4. Tahap terakhir yang siswa capai adalah Formal Mathematics, dimana siswa mampu menuliskan FPB dari bilangan 20 dan 15 dengan benar. Pertama-tama siswa melingkari bilangan mana saja yang terdapat di dalam barisan faktor dari bilangan 20 dan juga terdapat di dalam barisan faktor dari bilangan 15. Pada akhirnya, siswa menuliskan bilangan terbesar dari kumpulan bilangan yang dilingkari tersebut.
e. Analysis
Konsep dasar yang paling penting untuk memahami konsep FPB adalah konsep faktor. Apabila siswa mampu memahami konsep faktor dengan baik, siswa tidak akan menemukan kesulitan untuk menentukan FPB dari dua buah bilangan. Peneliti mengalokasikan waktu cukup banyak untuk hal ini. Terlihat dari hasil pembelajaran diatas, bahwa siswa dengan mudah menyebutkan FPB tanpa perlu bimbingan mendalam dari guru kelas. Sebelumnya, siswa sudah mempelajari konsep Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) di pertemuan sebelumnya. Melalui materi KPK, siswa sudah paham apa itu ‘persekutuan’. Hal ini sangat membantu siswa dalam menentukan faktor persekutuan dari dua bilangan.
Dalam kegiatan kali ini, tidak ditemukan kesulitan yang berarti. Adapun masalah yang timbul hanya ketika siswa salah menghitung batu kerikil yang diambil dan kesalahan teknis lainnya. Guru hanya perlu memberi perhatian merata kepada seluruh siswa untuk menjaga konsentrasi siswa pada kegiatan ini. Pembagian kelompok seringkali membuat siswa yang tidak mampu memahami konsep manjadi malas mengikuti kegiatan. Untuk itu, peran guru sangat penting sebagai pembimbing siswa agar hal seperti ini tidak terjadi.
f. Conclusion
Konsep FPB adalah konsep yang sulit dipahami siswa jika mereka diharuskan menghapal pengertian dari FPB itu sendiri. Dengan bermain membagi permen dan kerikil ini, siswa lebih mudah memahami konsep FPB karena mereka melakukan kegiatan yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Bermula dari masalah situasional yang nyata lalu menuju kepada formal matematika. Apabila siswa kesulitan mengerjakan soal-soal formal, mereka dapat kembali ke tahap yang ada di bawahnya yaitu real situation atau penggunaan model. Kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan kali ini adalah permen dan kerikil dapat membantu siswa memahami konsep FPB. (sha)