Pendaftaran International Master Programme on Mathematics Education (IMPoME) 2012 sudah dibuka

Pendaftaran beasiswa IMPoME untuk periode 2012 telah dibuka, dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Mengisi aplication form dengan lengkap, download di sini: stunedformimpome2012

2. Mengisi CV dengan lengkap, download di sini: cvformneso2012

3. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP)

4. Pas Photo 4 x6 (1 lembar)

5. Ijazah S1

6. Transkrip nilai dengan nilai IPK minimal 3, 00

7. Sertifikat TOEFL dengan score minimal 500

8. SK CTAB (Surat Keputusan Calon Tenaga Akademik Baru) dari Rektor

Persyaratan di atas dibuat dengan ramgkap 3 ( 1 asli, 2 fotokopi) menggunakan kertas A4 di bundel berdasarkan nomer urut di atas dan di jilid menggunakan plastik mika warna putih (bening).

Mohon tidak melampirkan dokumen yang tidak kami cantumkan di atas.

Semua berkas harap dikirimkan ke:

Martha Metrica, S.E

PMRI – PPPPTK IPA Bandung

Jalan Diponegoro No.12

Bandung

Telp/Fax: 022-4213950/022 -4213949

Paling lambat tanggal 31 Desember 2011, berkas sudah kami terima.

Terima kasih

Leave a comment »

Permen dan Kerikil Membantu Siswa Memahami Konsep FPB

a. Introduction

Pembelajaran Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) ini dilakukan di kelas IV A SD Negeri 21 Palembang dengan bimbingan dari Ibu Neti selaku guru kelas dan kami, Nila, Rully, dan Saliza membantu jalannya proses pembelajaran. Kali ini siswa diajak bermain membagi permen sebagai kondisi nyata dimana konsep FPB diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah siswa melakukan kegiatan bermakna tersebut, siswa diarahkan untuk memahami konsep FPB dengan menggunakan media batu kerikil sebagai model dari permen. Konjektur yang peneliti miliki adalah siswa mampu menemukan sendiri konsep dari FPB melalui permainan bermakna ini.

b. Goal

Tujuan dari pembelajaran ini adalah peneliti ingin mengetahui pengaruh dari penggunaan permen dan batu kerikil dalam pemahaman konsep FPB.

c. Observation Question

“Apakah penggunaan permen dan batu kerikil dapat membantu siswa memahami konsep FPB?”

d. Data-Description

Berikut ini diberikan iceberg untuk kegiatan kali ini:

Dapat dilihat dari iceberg diatas bahwa siswa melalui beberapa tahap untuk sampai pada konsep formal dari FPB, yaitu:

1. Real Situation, tahap pertama dari iceberg, dimana siswa diberikan sebuah masalah yang sangat umum terjadi di sekitar mereka yaitu membagi dua jenis permen (20 buah permen kopi dan 15 buah permen buah-buahan) kepada beberapa orang teman. Siswa masih mengalami kesulitan saat harus menentukan jumlah permen yang harus dibagi dan kepada berapa orang permen tersebut dibagi agar masing-masing anak mendapatkan jumlah yang sama.

 

 

 

 

2. Model of real situation merupakan tahap kedua dari proses kali ini. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang siswa. Disini setiap kelompok diberikan beberapa buah batu kerikil sebagai model dari kedua jenis permen. Dengan media yang diberikan, siswa menemukan sendiri konsep faktor dari suatu bilangan, pada kesempatan kali ini faktor dari bilangan 20 dan 15. Siswa membagi bilangan 20 dengan bilangan 1, 2, 3, …, 20 dan membagi bilangan 15 dengan bilangan 1, 2, 3, …, 15. Pada akhir kegiatan ini siswa menuliskan apa yang mereka dapat sesuai dengan format yang kelompok mereka telah diskusikan sebelumnya.

3. Model for formal mathematics untuk kegiatan ini ialah tabel faktor. Walaupun beberapa orang siswa sudah dapat menuliskan faktor dari bilangan 20 dan 15 secara langsung tanpa menggunakan tabel faktor, tabel ini masih sangat dibutuhkan untuk sebagian besar siswa yang belum mengetahui bahwa faktor dari suatu bilangan adalah bilangan-bilangan yang habis untuk membagi bilangan itu.

Setelah siswa memahami konsep faktor, dengan mudah siswa menemukan konsep lanjutan yaitu konsep faktor persekutuan dan faktor persekutuan terbesar (FPB). Sebelum memasuki materi FPB, siswa sudah memahami konsep FPK. Hal ini secara tidak langsung membantu siswa memahami FPB dengan cepat.

4. Tahap terakhir yang siswa capai adalah Formal Mathematics, dimana siswa mampu menuliskan FPB dari bilangan 20 dan 15 dengan benar. Pertama-tama siswa melingkari bilangan mana saja yang terdapat di dalam barisan faktor dari bilangan 20 dan juga terdapat di dalam barisan faktor dari bilangan 15. Pada akhirnya, siswa menuliskan bilangan terbesar dari kumpulan bilangan yang dilingkari tersebut.

e. Analysis

Konsep dasar yang paling penting untuk memahami konsep FPB adalah konsep faktor. Apabila siswa mampu memahami konsep faktor dengan baik, siswa tidak akan menemukan kesulitan untuk menentukan FPB dari dua buah bilangan. Peneliti mengalokasikan waktu cukup banyak untuk hal ini. Terlihat dari hasil pembelajaran diatas, bahwa siswa dengan mudah menyebutkan FPB tanpa perlu bimbingan mendalam dari guru kelas. Sebelumnya, siswa sudah mempelajari konsep Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) di pertemuan sebelumnya. Melalui materi KPK, siswa sudah paham apa itu ‘persekutuan’. Hal ini sangat membantu siswa dalam menentukan faktor persekutuan dari dua bilangan.

Dalam kegiatan kali ini, tidak ditemukan kesulitan yang berarti. Adapun masalah yang timbul hanya ketika siswa salah menghitung batu kerikil yang diambil dan kesalahan teknis lainnya. Guru hanya perlu memberi perhatian merata kepada seluruh siswa untuk menjaga konsentrasi siswa pada kegiatan ini. Pembagian kelompok seringkali membuat siswa yang tidak mampu memahami konsep manjadi malas mengikuti kegiatan. Untuk itu, peran guru sangat penting sebagai pembimbing siswa agar hal seperti ini tidak terjadi.

f. Conclusion

Konsep FPB adalah konsep yang sulit dipahami siswa jika mereka diharuskan menghapal pengertian dari FPB itu sendiri. Dengan bermain membagi permen dan kerikil ini, siswa lebih mudah memahami konsep FPB karena mereka melakukan kegiatan yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Bermula dari masalah situasional yang nyata lalu menuju kepada formal matematika. Apabila siswa kesulitan mengerjakan soal-soal formal, mereka dapat kembali ke tahap yang ada di bawahnya yaitu real situation atau penggunaan model. Kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan kali ini adalah permen dan kerikil dapat membantu siswa memahami konsep FPB. (sha)

Comments (1) »

Kelipatan, Kelipatan Persekutuan, dan Kelipatan Persekutuan Terkecil Di Kelas IV.A SD Negeri 21 Palembang

Introduction

Observasi kali ini dilaksanakan di kelas IV.A SD Negeri 21 Palembang pada tanggal 02 Oktober 2010. Pokok bahasan yang dibahas pada pertemuan kali ini adalah Kelipatan, Kelipatan Persekutuan dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK).

Goal

Dengan melakukan kegiatan sederhana berupa tepuk tangan, siswa diharapkan mampu memahami konsep kelipatan, kelipatan persekutuan, dan kelipatan persekutuan terkecil.

Observation Question

  1. Kesulitan apa yang dihadapi siswa sebelum PMRI diterapkan di kelas?
  2. Apakah cara ‘tepuk-tangan’ ini dapat membantu siswa dalam memahami konsep KPK?
  3. Kesulitan apa yang dihadapi ketika menggunakan media ini?

Data description

Siswa di kelas ini sudah mengerti tentang perkalian bilangan bulat sederhana. Sebagian besar siswa sudah mampu menyebutkan kelipatan dari beberapa bilangan sederhana, seperti 3, 4, dan 5 dengan lancar tanpa bantuan. Diawal pertemuan, siswa diminta melakukan kegiatan sederhana yaitu bertepuk tangan bersama-sama di setiap kelipatan dari 3 lalu dilanjutkan ke kelipatan 4. Kemudian siswa dibagi menjadi 2 kelompok A dan B. Kelompok A adalah kelompok yang bertepuk tangan di setiap kelipatan 2, dan kelompok B adalah kelompok yang bertepuk tangan di setiap kelipatan 3. Hitungan dimulai dari 1 – 24.

Di akhir kegiatan ini, siswa menyadari bahwa ada beberapa kali dimana kedua kelompok tersebut bertepuk tangan bersamaan, yaitu di hitungan ke-6, ke-12, ke-18 dan di hitungan ke-24. Siswa diminta menuliskan hasilnya didepan kelas.

Analysis

Media yang digunakan adalah media yang sangat sederhana namun bermakna. Berikut iceberg dari kegiatan ini.

Conclusion

  1. Diawal pembelajaran, siswa masih kesulitan untuk memahami konsep kelipatan, kelipatan persekutuan, dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK), khususnya KPK. Sejauh ini, siswa hanya menghapalkan konsep KPK sesuai dengan yang diberikan oleh gurunya. Seringkali siswa lupa akan konsep tersebut karena tidak meninggalkan ‘kesan’ pada saat proses pembelajaran.
  2. Media yang digunakan pada proses pembelajaran ini cukup berguna bagi siswa. Siswa mampu menemukan kembali konsep KPK. Siswa juga aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran ketika guru bertanya mengenai pendapat mereka. Diskusi kelas berlangsung aktif dan bermakna.
  3. Kesulitan yang dihadapi dengan menggunakan media ini tidak banyak. Guru hanya merasa sedikit kesulitan ketika diawal proses siswa masih belum paham mengenai ‘peraturan’ permainan ini. Guru hanya perlu lebih menekankan apa yang harus dilakukan siswa agar proses mengajar berjalan lancar.

Comments (2) »

The Summary

Use of ICT in Mathematics Education in Singapore: Review of Research

(NG Wee Leng and LEONG Yew Hoong)

Information and Communication Technology (ICT) generally refers to digital devices that are used to store, process, and communicate information. There are two phases of information technology (IT), the first phase of IT master plan (MP1) was from 1997 to 2002 and the second phase of the master plan (MP2) is ongoing at the time of writing this article. Since the implementation of MP1, there has been a steady increase in the number of studies on the use of ICT in the teaching and learning of mathematics in Singapore classrooms. This is the list that shows the broad agendas which most local research directions are channeled towards

  1. ICT-use as a “better” way for teaching mathematics; how mathematics teaching can be “better” with the aid of particular features of relevant software when they are suitably harnessed. The common emphasis in these studies is the aspects of ICT that a teacher can use to enhance the teaching of certain topics or ideas in mathematics.
  2. ICT-use as a “better” way for learning mathematics;
  3. ICT-use in relation to other factors in the instructional environment; high quality professional development focusing on what the teachers need helps to increase teachers’ confidence in utilizing ICT in the classroom.

There is great potential for research in ICT implementation in actual classroom. It is when ICT use is examined together with, not separately from, other classroom demands that a sufficiently in-depth understanding of the complexity of teaching can be realized. Although further study of the impact of different ICT tools and approaches on teaching and learning in both cognitive and affective domains may be investigated, it is virtually impossible to cover every facet of the field exhaustively. As educational professionals continue to pioneer new research and delve into variations of current research, teachers themselves need to take the initiative to discover what is appropriate for their students.

Comments (1) »

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Comments (1) »